Pantun Nasional dalam Estetika Dunia
Wajah Baru Warisan Lama: Merayakan Hari Pantun Nasional dalam Estetika Dunia
Pernahkah kamu membayangkan jika kata-kata bisa terbang? Jika setiap rima yang kita ucapkan bukan sekadar bunyi, melainkan mantra yang menghidupkan imajinasi?
Hari ini, kita merayakan Hari Pantun Nasional. Sebuah momen untuk menengok kembali warisan lisan yang sudah mendarah daging di Nusantara, bahkan telah diakui dunia sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO.
Tapi, merayakan tradisi tidak harus selalu terasa "kuno". Lihatlah ilustrasi di atas.
Ketika Kata Menjadi Sihir Visual
Dalam visualisasi bergaya ilustrator kelas dunia ini, kita tidak hanya melihat buku. Kita melihat sebuah jendela ke dunia lain. Buku yang terbuka itu bukan sekadar tumpukan kertas, melainkan sumber cahaya. Dan kupu-kupu yang berterbangan keluar darinya? Itu adalah metafora dari pantun itu sendiri.
Pantun itu ringan, namun indah. Ia bisa terbang bebas, hinggap dari satu hati ke hati lain, membawa pesan bijak, sindiran halus, hingga rayuan manis, tanpa kehilangan keanggunannya.
Warna-warna pastel yang dreamy, sentuhan cahaya keemasan, dan nuansa whimsical dalam gambar ini mengajak kita untuk melihat pantun dengan cara baru: sebagai seni yang magis.
Mengapa Pantun Relevan di Era Digital?
Di tengah riuhnya media sosial dan konten cepat saji, pantun mengajarkan kita satu hal penting: seni berpikir sebelum bicara.
Untuk membuat pantun yang bagus, kita harus mencari sampiran (pembuka) yang pas sebelum masuk ke isi (pesan). Ada jeda, ada estetika, dan ada kesantunan di sana. Pantun melatih kita untuk tidak hanya asal bicara, tapi menyusun kata agar enak didengar dan bermakna dalam.
Mari Berbalas Rasa
Di Hari Pantun Nasional ini, mari kita buka kembali "buku" tradisi kita. Biarkan kata-kata itu terbang seperti kupu-kupu emas di dalam ilustrasi tadi. Jangan biarkan ia tersimpan kaku di rak sejarah, tapi hidupkanlah di kolom komentar, di status media sosial, dan di percakapan sehari-hari.
Sebagai penutup, izinkan saya mengirim satu bait untuk kalian semua:
Pergi ke kedai membeli kawat,
Singgah sebentar membeli pita.
Walau zaman silih berganti lewat,
Pantun tetap penjaga jiwa kita.
Selamat Hari Pantun Nasional! Mari lestarikan budaya dengan cara yang paling estetik. ✨

Komentar
Posting Komentar